Ruang Bedah dan Terapi Mental
Oleh Nidia Zuraya
Rumah Sakit Sultan Bayezid II ini beroperasi selama 400 tahun sejak diresmikan pada 1488 M hingga berkecamuknya Perang Rusia-Turki (1877-1878 M). Bahkan, hingga abad ke-19 M, bangunan ini menjadi salah satu rumah sakit rujukan bagi pasien-pasien yang hendak menjalani perawatan bedah dan mereka yang mengidap penyakit mental.
Sejarah mencatat, RS Bayezid II sangat terkenal di Eropa dan dunia Islam. Sebab, rumah sakit ini memiliki tenaga-tenaga ahli bedah yang terampil. Di samping itu, rumah sakit ini juga terkenal karena metode pengobatan untuk penyakit mental yang diberikan kepada para pasien di timarhane (rumah sakit jiwa).
Metode pengobatan penyakit mental yang dilakukan oleh para dokter di rumah sakit ini menggunakan terapi musik, suara air, dan penggunaan wewangian atau yang dikenal dengan aromaterapi.
Selain itu, RS Bayezid II juga terkenal berkat pusat pengobatan matanya. Karenanya pada masa lalu, rumah sakit ini menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan bagi penderita penyakit mata.
Universitas Trakya
Kini, bangunan rumah sakit bersejarah tersebut menjadi bagian dari kompleks Universitas Trakya yang juga berada di Kota Edirne. Dan, sejak 1997, bangunan rumah sakit tersebut dialihfungsikan menjadi sebuah museum kesehatan bernama Bayezid II Kulliye Health Museum.
Museum tersebut didedikasikan untuk mengenang peran dan kontribusi penguasa Ottoman dalam mengembangkan khazanah ilmu pengobatan dan kedokteran.
Hingga saat ini, Bayezid II Kulliye Health Museum menjadi satu-satunya museum kesehatan yang terdapat di Turki. Museum ini memberikan berbagai informasi penting seputar sejarah dan perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan, khususnya pada masa pemerintahan Ottoman kepada para pengunjung.



Museum ini tercatat sebagai tempat bersejarah kedua di Edirne yang paling banyak dikunjungi oleh para wisatawan setelah Masjid Selimiye (Sultan Salim). Karenanya, pada 2004 lalu, Bayezid II Kulliye Health Museum dianugerahi Museum Award oleh Dewan Kebudayaan Eropa. ed: syahruddin el-fikri

0 komentar

Posting Komentar