Perjalanan Jogja ke Turin, memang mengharuskan mampir ke beberapa terminal lain; Soeta di Cengkareng, Changi di Singapura, dan Charles de Gaulle di Paris. Perjalanan yang cukup lama dan memerlukan niat lebih, apalagi untuk menamatkan puasa pada hari2 itu, meski tergolong “safar” yang boleh saja menggantinya dengan puasa di hari lain atau membayar fidyah. Perjalanan ini akhirnya dituntaskan untuk membaca sebagian isi buku “Ecological Intelligence”nya Daniel Goleman yang dibeli di Periplus Cengkareng (akan ditulis di postingan lain). Bacaan2 majalah maskapai seperti Silverkris-nya SQ juga menarik untuk dilihat (tepatnya dalam menghilangkan kebosanan :-)).
Yang menarik dari sana adalah postingan salah satu penyumbang tulisan Sarah Hileman tentang “Greencities”. Terus terang tulisan ini begitu menggelitik dan kembali mengingatkan akan tugas ideal di MK Pembangunan Kota Berkelanjutan untuk menjadikannya sebagai basis data banyak kota di dunia sebagai kota punya strategi kongkrit menuju sesuatu yang hijau, berkelanjutan, dalam pembangunan kotanya. Tapi ini lain hal, Hileman di sana menduga bahwa tren untuk mengunjungi kota2 hijau ini akan semakin meningkat di masa datang. Tentu ini ada hubungannya dengan buku2 provokasi dalam masalah ini, seperti Thomas Friedman (Hot, Flat, and Crowded) atau kesadaran yang mulai terbangun ala “Ecological Intelligence” tadi. Saya pun terobsesi dengan model wisata “greencities” ini, terutama untuk melihat strategi dan implikasi praktik kongkritnya dalam hidup sehari-hari, tidak saja dari “parameter2 hijau” yang bisa saja berbeda dari pihak2 yang berbeda itu.
Read More......