Oleh Nidia Zuraya
Setiap ruang beratap kubah yang menyerupai hall.
Turki adalah salah satu negara Muslim dengan jumlah penduduk Muslim terbesar. Negara ini merupakan pusat pemerintahan kerajaan atau Dinasti Turki Usmani (Ottoman). Selama pemerintahan Dinasti Turki Usmani, negara ini berkembang pesat dalam berbagai bidang, termasuk arsitektur.
Sejumlah bangunan bersejarah terdapat di negeri ini. Mulai dari bangunan Aya Sophia, Istana Topkapi, hingga Masjid Biru. Satu hal yang sering kali luput dari perhatian adalah rumah sakit. Sebagai pusat kesehatan, Pemerintah Turki Usmani menaruh perhatian besar dalam bidang ini. Sejumlah rumah sakit dibangun untuk membantu rakyat dalam menjaga kesehatan. Salah satu rumah sakit yang berdiri megah dan kokoh adalah Rumah Sakit Bayezid II di kawasan Edirne.
Edirne atau sering disebut Adrianopel (Adrianople) adalah sebuah kota di seberang utara Selat Bosporus yang secara geografis menjadi bagian dari benua Eropa. Kota ini berhasil dikuasai oleh orang-orang Turki di bawah pemerintahan Murad I (1360-1389 M), penguasa Kerajaan Turki Usmani (Ottoman).
Pada 1362, Murad I berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke kawasan Eropa, dengan merebut, antara lain, Kota Edirne dari tangan Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur). Sejak saat itu, kekuasaan Ottoman menjadikan Kota Edirne sebagai pusat pemerintahannya. Sebab, kawasan ini terletak di tempat yang sangat strategis dalam jalur utama yang menghubungkan Eropa-Turki.
Hampir 100 tahun (satu abad) Edirne menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Turki Usmani. Selanjutnya, kota ini tidak lagi berfungsi sebagai ibu kota. Meskipun demikian, dalam sejarah kekuasaan Ottoman, sebagaimana ditulis oleh Andrew Petersen dalam bukunya, A Dictionary of Islamic Architecture, Edirne tetap menjadi kota penting bagi kekhalifahan Islam tersebut di mana para sultan Ottoman bermukim.
Sebelum dijadikan ibu kota pemerintahan Ottoman, Edirne sudah ramai sebagai pusat perdagangan dan juga budaya Muslim. Hal ini ditandai dengan banyaknya bangunan yang didirikan oleh penguasa Muslim di kota ini. Salah satunya adalah Rumah Sakit (RS) Bayezid II. Rumah sakit ini berada di dalam Kompleks (Kulliye) Bayezid II.


RS Bayezid II dibangun atas perintah Sultan Bayezid II. Proses pembangunan Kulliye Bayezid II berikut bangunan rumah sakitnya memakan waktu empat tahun, dari 1484 M hingga 1488 M. Hingga abad ke-19 M, para dokter dididik di rumah sakit yang juga merupakan sekolah kedokteran itu.
Yulianto Sumalyo dalam bukunya yang bertajuk, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, mengungkapkan, setibanya di Edirne dalam perjalanan ke Balkan bersama pasukannya pada akhir musim semi 1484, Sultan Bayezid II memerintahkan membangun banyak proyek, yaitu masjid baru dan pusat kesehatan (medical centre), termasuk di dalamnya rumah sakit, sanatorium, rumah sakit jiwa, dan sekolah kedokteran di tepian Sungai Tunca.
Seperti halnya di sejumlah kota lain yang berada dalam wilayah kekuasaan Ottoman, bangunan-bangunan tersebut didirikan dalam sebuah kulliye (kompleks). Untuk perencanaan pembangunannya, Sultan Bayezid II menunjuk arsitek kerajaan pada waktu itu, Mimar Hayrettin, untuk mendesain keseluruhan bangunan dalam Kulliye Bayezid II ini.

Unik

Bangunan rumah sakit (darussyifa) dan rumah sakit jiwa (timarhane) Bayezid II terletak di sisi barat daya bangunan masjid dalam Kompleks Bayezid II. Tata letak rumah sakit tersebut terbilang cukup unik. Di ujung selatan terdapat unit berdenah segi delapan, pada masing-masing sisinya terdapat ruang-ruang untuk perawatan.
Setiap ruang dalam unit ini beratap kubah, termasuk sebuah ruangan yang menyerupai hall. Namun, berbeda dengan kubah pada ruang perawatan, kubah di atas hall jauh lebih besar dan dilengkapi dengan sebuah lantern yang terdapat pada bagian puncak kubah tepat di atas bak air besar yang terdapat di tengah-tengah hall. Lantern tersebut juga beratap kubah, tetapi dalam ukuran yang lebih kecil.
Bagian penampang kubah hall berbentuk segi dua belas. Di sekeliling dinding kubah berbentuk silindris ini terdapat jendela-jendela yang berfungsi sebagai tempat sirkulasi udara. Sinar matahari dan udara alami masuk melalui jendela-jendela tersebut hingga ke dalam ruangan yang berada tepat di bawah kubah.
Sementara ruang-ruang perawatan pada rumah sakit jiwa terbagi dalam dua bagian. Pertama, menyatu dengan ruang-ruang perawatan pada bangunan darussyifa. Tata ruangnya berpola hypostyle, terdiri atas halaman dalam (sahn) dikelilingi semacam iwan, tetapi terdiri dari kamar-kamar perawatan.
Sedangkan bagian kedua, berupa deretan tujuh buah kamar yang berderet memanjang di bagian belakangnya. Pada bagian ini, setiap kamar dihubungkan oleh gang atau portico yang menghadap ke halaman.
Tak jauh dari darussyifa dan timarhane terdapat sebuah bangunan madrasah yang difungsikan sebagai sekolah kedokteran. Bangunan madrasah tersebut memiliki sahn, lengkap dengan air mancur di tengahnya. Ruang-ruang yang terdapat pada bangunan madrasah ini letaknya berderet dalam posisi iwan. Masing-masing ruang dihubungkan dengan portico yang menghadap ke sahn.
Semua ruangan, baik besar dan kecil, yang terdapat pada bangunan rumah sakit, rumah sakit jiwa, dan madrasah yang memiliki atap bergaya Ottoman, yakni berupa kubah besar kecil menurut ukuran besar kecilnya ruangan.
Kekhasan lainnya yang terdapat pada bangunan rumah sakit, rumah sakit jiwa, dan sekolah kedokteran ini adalah setiap ruangan dilengkapi dengan cerobong yang juga difungsikan sebagai ventilasi. Dari luar cerobong-cerobong tersebut tampak mencuat berderet seakan-akan terlihat sebagai bagian dari hiasan dinding bangunan. ed: syahruddin el-fikri

0 komentar

Posting Komentar